Begitulah kalimat yang senantiasa diucapkan oleh Panglima Tian Feng, atau yang kita kenal sebagai Cu Pat Kay. Belakangan ini saya baru menyadari, siluman babi dalam cerita Journey to the West atau Kera Sakti yang selama ini sering kita jadikan bahan untuk olok-olokan itu sebenarnya adalah seorang pria yang amat gentelman. Tak seperti Romeo yang memilih lari dari kenyataan dengan meminum racun ketika mendapati Juliet meninggal dunia, Tian Feng tetap berusaha memperjuangkan cintanya walau konsekuensinya hukuman teramat berat akan ditanggungnya.“Sejak dulu beginilah cinta, penderitaannya tiada akhir…”
Mari kita simak dulu kisah cinta Panglima Tian Feng atau Cu Pat Kay berikut ini.
Dia bernama Tian Feng, seorang panglima besar dari kayangan. Dia jatuh cinta pada Chang E, seorang dewi berparas cantik yang tinggal di bulan. Pada suatu hari, Chang E terjatuh dari bulan. Panglima Tian Feng yang melihatnya bergegas menyelamatkannya. Sayang, dia terlambat beberapa detik, seorang panglima kayangan yang lain, Wu Kang, telah berhasil menyelamatkan si dewi bulan terlebih dahulu. Cinta Chang E dan Wu Kang pun bersemi setelah kejadian itu.
Tak ingin menyerah akan nasib cintanya, Tian Feng mencoba untuk mengubah takdir. Dia menyelinap ke tempat roda waktu kayangan, dan diam-diam membalikkan waktu. Dia ingin memperbaiki kesalahannya yang lalu dengan lebih bergegas menyelamatkan Chang E ketika terjatuh dari bulan. Sayang sekali, usahanya tersebut gagal. Lagi-lagi dia kalah cepat dari Wu Kang. Tian Feng terus mencoba dan mencoba lagi. Namun, bukan cinta Chang E yang didapatkannya, melainkan hukuman dari kaisar langit akibat perbuatannya mengacak-acak roda waktu.
Hukuman yang diterima Tian Feng sangat berat. Tak tanggung-tanggung, dia harus melalui 1.000 kali reinkarnasi, dan di setiap kehidupannya dia harus mengalami penderitaan cinta. Bayangkan, 1.000 kali patah hati! :(
Saat menjalani serangkaian hukumannya, terjadi kecelakaan, Tian Feng terpeleset dan jatuh di jalur reinkarnasi hewan. Tian Feng akhirnya terlahir menjadi siluman babi yang kemudian dipanggil Pat Kay. Dia tidak harus menjalani hukuman cobaan cinta lagi. Namun, sebagai gantinya, dia mendapat tugas mulia menemani biksu Tong Sam Chong melakukan perjalanan ke barat mengambil kitab suci. Bersama kedua saudara seperguruannya, Sun Go Kong dan Whu Cing.
Pada suatu ketika, Go Kong pernah bertanya padanya, “Pat Kay, kenapa kamu nekat melanggar peraturan kayangan, padahal kamu tahu bahwa kamu tak akan bisa mengubah takdir?”
Jawab Pat Kay, “Cintaku pada Chang E yang mendorongku untuk berbuat demikian, Kakak. Sampai saat ini aku tidak menyesali mencintai Chang E, walaupun cintaku bertepuk sebelah tangan. Sebab dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir….”
Dari kejadian yang dialami Pat Kay atau Tian Feng, dapat diambil pelajaran. Pat Kay mencintai Chang E, maka ketika Chang E hampir celaka, dia bergegas melindunginya. Ketika Wu Kang berhasil menyelamatkan Chang E lebih dulu darinya, Pat Kay merasa gagal, merasa tak berguna. Maka, diambillah risiko besar itu, dia melanggar peraturan kayangan agar dapat melindungi Chang E dengan tangannya sendiri.
Pelajaran bagi cowok-cowok yang hanya suka tebar pesona dan memberi harapan palsu. Hanya berani mancing-mancing dan tebar jaring, menunggu cewek yang lebih mudah menyambut umpan dan menyatakan diri untuk membersamainya. Cowok dengan tipe seperti itu, seharusnya malu pada Pat Kay. Sebab Pat Kay lebih gentelman.
Laki-laki yang gentelman harus berani mendatangi wanitanya terlebih dahulu secara baik-baik. Bukan sebaliknya, meminta wanita untuk selalu menemuinya.Jadi, belajarlah dari Pat Kay, ya…. :)
0 comments:
Post a Comment